Home

Minggu, 06 Mei 2012

Varicella (Chickenpoc, cacar air)

 A.    Definisi Varicella
Varicella (cacar air) adalah penyakit yang ringan, sangat mudah menular, khususnya pada anak-anak, ditandai dengan erupsi vesikuler pada kulit yang merata juga pada membran mukosa.Tersebar kosmopolit, penyakit ini bisa berat pada orang dewasa dan anak dengan imunokompromi. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella zoster. Varicella merupakan penyakit akut yang mengikuti kontak primer dengan Varicella Zoster Virus (VZV) dan di transmisikan secara aerogen. Disebut juga cacar air (chiken pox).  

B.     Morfologi
Virus varicella zoster secara morfologis identik dengan virus herpes simplex yang berasal dari herpesvirus. Semua herpesvirus mempunyai inti dengan DNA untai ganda, dalam bentuk toroid, dikelilingi selubung protein yang membentuk simetri (tangkuk) ikosahedral dan mempunyai 162 kapsomer. Nukleokapsidnya di kelilingi amplop yang terbentuk dari membran nukleus sel yang terinfeksi dan mengandung duri-duri glikoprotein  virus yang panjangnya 8 nm. Suatu struktur yang tak beraturan, kadang-kadang asimetri diantara kapsid dan amplop, membentuk selubung. Bentuk beramplop berukuran 150-200 nm, sedangkan virion telanjang berukuran 100 nm.

C.    Genum
Genum DNA untai ganda (124-235 kbp) berbentuk lurus. Genum herpesvirus memiliki ujung dan deretan internal yang berulang-ulang. Komposisi basa DNA herpes virus bervariasi mulai dari 30-75% (G+C).
Genum herpesvirus besar dan mengkode setidaknya 100 protein yang berbeda, untuk ini lebih dari 35 polipeptida terlibat dalam struktur partikel virus; beberapa merupakan bagian dari amplop virus

D.    Klasifikasi
Klasifikasi anggota herpes virus sangat kompleks. Pembagian kedalam subfamily berdasarkan pada sifat-sifat biologis agen (tabel di bawah).

Subfamili (herpesvirinae)
Sifat-sifat Biologis
Genus
(virus)
Contoh
Siklus pertumbuhan dan sitopatologi
Infeksi Laten
Nama resmi (herpesvirus)
Nama umum
Alfa
Pendek, sitolitik
Saraf
Simplex
1
2
Virus herpes simplex tipe1
Virus herpes simplex tipe2
varicello
3
Virus varicella zoster
Beta
Panjang, cytomegalik
Kelenjar,ginjal
cytomegalo
5
Cytomegalovirus
Panjang, limfoproliferatif
Jaringan limfoid
reseolo
6
7
Herpesvirus manusia 6
Herpesvirus manusia 7
Gamma
Bervariasi, limfoproliferatif
Jaringan limfoid
lymphocrypto
4
Virus Epstein Barr
Rhadino
8
Herpesvirus penyebab sarkoma Kaposi

Herpesvirus alfa tumbuh cepat, merupakan virus sitolitik yang cenderung menjdai infeksi laten dalam saraf; anggotanya adalah virus herpes simplex (genus virus simplex) dan virus varisella zoster (genus varisello virus). Herpesvirus beta tumbuh lambat dan bersifat sitomegalik dan menjadi laten dalam kelenjar sekresi dan ginjal; sytomegalovirus dikelompokkan dalam genus sitomegalovirus. Dalam genus roseolovirus, adalah herpesvirus manusia 6 dan 7; menurut kriteria biologis, mereka lebig mirip herpesvirus gamma karena mereka menginfeksi limfosit (T limfotropik), tetapi analisis molekuler dari genom mereka menyatakan bahwa merekala lebih dekat hubungannya dengan herpesvirus beta. Herpesvirus gamma, contohnya herpesvirus ebstein-barr (lymphocryptovirus), menginfeksi sel-sel limfoid dan menjadi laten di dalamnya. Herpesvirus yang menyebabkan sarkoma Kaposi, yang di tujukan sebagai herpesvirus manusia 8, dikelompokkan Rhadinovirus.



E.     Patogenesis dan Manifestasi Klinis
1.      Patogenesis
Infeksi virus masuk bersama airbone droptlet  ke traktus respiratorius (melalui mukosa saluran pernafasan) yang selanjutnya akan berkembang di dalam system retikoluendotelial (jaringan kelenjar regional).
Setelah empat sampai enam hari infeksi,  akan terjadi viremia awal dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ, seperti hati, limpa. Kurang lebih 10 – 12 hari, terjadi viremia kedua dimana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Ruam muncul sesudah 14 hari infeksi.
2.      Manifestasi Klinis
Setelah masa inkubasi (14 – 21 hari) akan muncul panas, lemah, tidak mau makan, sakit kepala dan kadang diikuti sakit perut yang ringan muncul 24 – 48 jam sebelum timbulnya ruam, yang sering dijumpai pada anak. Peningkatan suhu tubuh biasanya sedang, tetapi terkadang bisa tinggi. Gejala ini biasanya bertahan 2 – 4 hari sesudah ruam muncul. Kekeruhan dan umbilikasi muncul setelah 24 – 48 jam.
Pada beberapa anak, lesi bisa mengenai daerah oropharynx dan vagina, kelainan pada kelopak mata dan konjungtiva, tetapi gangguan mata yang serius jarang dijumpai. Pada anak yang berumur lebih tua dan orang dewasa, lesi kulit muncul 2 – 3 hari setelah demam, malaise, sakit kepala, anorexia.  Lesi awal terutama pada badan kemudian menyebar ke muka dan extremitas, dan juga dapat mengenai selaput lendir.
Lesi berupa macula eritema dalam beberapa jam akan berubah jadi papula, vesicula, pustula dan krusta setelah beberapa hari. Krusta yang pertama muncul diikuti penyebaran dari kelainan kulit pada tangan dan kaki dengan berbagai stadium. Sementara proses berlangsung muncul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran yang polimorf.

F.     Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbulah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil (makula )yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Vesikel baru timbul dengan cepat selama 2-4 hari berikutnya, sehingga semua tahap dari macula, papula, vesikel dan krusta dapat terlihat pada saat yang sama. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

G.    Penularan
Transmisi penyakit ini terjadi secara aerogen. Masa penularannya ± 7 hari. Varicella dapat menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi melalui cairan pernapasan dan kontak langsung dengan kulit penderita. Ruam pada kulit sangat menular apabila  pecah. Kontak tidak langsung terjadi melalui udara. Udara yang terkontaminasi virus varicella dapat menyebabkan orang lain terserang cacar air. Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat terserang virus ini.

H.    Pencegahan.
Cacar air dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi diberikan pada kelompok-kelompok berikut:
Ø Penderita diberikan imunoglobulin zoster atau imunoglobulin varicella-zoster
Ø Anak-anak dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu dosis vaksin
Ø Anak-anak dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu dosis vaksin
Ø Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal di lingkungan yang sangat mudah terjangkit cacar air
Ø Wanita reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi sedang hamil
Ø Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan anak-anak
Ø Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami cacar air  


I.       Pengobatan dan Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan  mengobati rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan lotion kalamin, antihistamin, atau lotion lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
Ø      Kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
Ø      Menjaga kebersihan tangan
Ø      Kuku dipotong pendek
Ø      Pakaian tetap kering dan bersih 
Pengobatan penyakit ini pada prinsip sama yaitu dengan diberikan obat antivirus dosis adekuat, vitamin, obat anti radang dan anti nyeri serta obat-obat topikal. Beberapa antivirus yang efektif yang melawan varicella meliputi acyclovir, vidirabine dan interferon leukosit. Acyclovir dapat mencegah pertumbuhan penyakit sistemik pada anak dengan imunosuppressan yang terinfeksi varicella, dan dapat menghentikan progresivitas zoster pada dewasa. Vidarabine menguntungkan pada orang dewasa dengan pneumonia varicella berat, anak-anak dengan imunokompromis yang terkena varicella, dan dewasa dengan zoster yang meluas.  Selain dari itu harus mendapat asupan gizi yang baik terutama protein agar dapat memperbaiki sel-sel dan saraf yang rusak.
Setelah sembuh, VZV tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan teraktivasi kembali dalam bentuk herpes zoster (cacar ular atau shingles). Herpes zoster ini umunya terjadi pada usia di atas 60 tahun dan pada sebagian kasus hanya terjadi sekali.


J.      Diagnosis Laboratorium
Dalam olesan (smear) dari garukan ataupun swab dasar vesikel yang diwarnai, terlihat giant cell berinti banyak. Ini tidak ditemukan pada vesikel nonherpes. Antigen virus intraseluler dapat dilihat dengan pengecatan imunofluoresen dari olesan yang sama.
Prosedur diagnostik yang cepat secara klinis berguna untuk virus varicella zoster. Virus herpes dapat dibedakan dari virus cacar (virus pox) melalui penampakan morfologis dalam cairan vesikuler yang diperiksa di bawah mikroskop elektron. Antigen spesifik virus varicella zoster atau DNA virus dapat terdeteksi dalam cairan vesikel, dalam ekstra krusta, atau dalam material biopsi.
Virus dapat diisolasi dari cairan vesikel menggunakan kultur sel manusia dalam 3-7 hari walaupun efek sitopatik kadang –kadang berkembang lebih lambat. Virus varicella zoster dalam cairan vesikel sangat labil dan kultur sel sebaiknya segera diinokulasikan.
Kenaikan titer antibodi spesifik dapat terdeteksi dalam serum pasien melalui berbagai tes, termasuk CF, Nt (dalam kultur sel), imunofluoresen indirek, dan enzim immunoassay. Pemilihan pengujian yang dipakai tergantung pada tujuan tes dan fasilitas laboratorium yang tersedia. Imunitas yang diperantarai sel penting, tetapi sulit diperlihatkan.









Daftar Pustaka
Brooks F. Geo,etc.2005.Mikrobiologi Kedokteran.Jilid 2. Jakarta Salemba Medika
Lubis P. Chairuddin,Prof. Varisela pada anak.fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara bag. Ilmu Kesehatan Anak.