A. Definisi Varicella
Varicella
(cacar air) adalah penyakit yang ringan, sangat mudah menular, khususnya pada
anak-anak, ditandai dengan erupsi vesikuler pada kulit yang merata juga pada
membran mukosa.Tersebar kosmopolit, penyakit ini bisa berat pada orang dewasa
dan anak dengan imunokompromi. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella
zoster. Varicella merupakan penyakit akut yang mengikuti kontak primer dengan Varicella Zoster Virus (VZV)
dan di transmisikan secara aerogen. Disebut juga cacar air (chiken pox).
B.
Morfologi
Virus
varicella zoster secara morfologis identik dengan virus herpes simplex yang
berasal dari herpesvirus. Semua herpesvirus mempunyai inti dengan DNA untai
ganda, dalam bentuk toroid, dikelilingi selubung protein yang membentuk simetri
(tangkuk) ikosahedral dan mempunyai 162 kapsomer. Nukleokapsidnya di kelilingi
amplop yang terbentuk dari membran nukleus sel yang terinfeksi dan mengandung
duri-duri glikoprotein virus yang
panjangnya 8 nm. Suatu struktur yang tak beraturan, kadang-kadang asimetri
diantara kapsid dan amplop, membentuk selubung. Bentuk beramplop berukuran
150-200 nm, sedangkan virion telanjang berukuran 100 nm.
C.
Genum
Genum
DNA untai ganda (124-235 kbp) berbentuk lurus. Genum herpesvirus memiliki ujung
dan deretan internal
yang berulang-ulang. Komposisi basa DNA herpes virus bervariasi mulai dari
30-75% (G+C).
Genum
herpesvirus besar dan mengkode setidaknya 100 protein yang berbeda, untuk ini
lebih dari 35 polipeptida terlibat dalam struktur partikel virus; beberapa merupakan
bagian dari amplop virus
D.
Klasifikasi
Klasifikasi
anggota herpes virus sangat kompleks. Pembagian kedalam subfamily berdasarkan
pada sifat-sifat biologis agen (tabel di bawah).
Subfamili
(herpesvirinae)
|
Sifat-sifat
Biologis
|
Genus
(virus)
|
Contoh
|
||
Siklus pertumbuhan
dan sitopatologi
|
Infeksi
Laten
|
Nama resmi (herpesvirus)
|
Nama
umum
|
||
Alfa
|
Pendek,
sitolitik
|
Saraf
|
Simplex
|
1
2
|
Virus herpes simplex tipe1
|
Virus herpes simplex tipe2
|
|||||
varicello
|
3
|
Virus varicella
zoster
|
|||
Beta
|
Panjang,
cytomegalik
|
Kelenjar,ginjal
|
cytomegalo
|
5
|
Cytomegalovirus
|
Panjang,
limfoproliferatif
|
Jaringan limfoid
|
reseolo
|
6
7
|
Herpesvirus manusia 6
Herpesvirus manusia 7
|
|
Gamma
|
Bervariasi,
limfoproliferatif
|
Jaringan limfoid
|
lymphocrypto
|
4
|
Virus
Epstein Barr
|
Rhadino
|
8
|
Herpesvirus penyebab sarkoma
Kaposi
|
Herpesvirus
alfa tumbuh cepat, merupakan virus sitolitik yang cenderung menjdai infeksi
laten dalam saraf; anggotanya adalah virus herpes simplex (genus virus simplex)
dan virus varisella zoster (genus varisello virus). Herpesvirus beta tumbuh
lambat dan bersifat sitomegalik dan menjadi laten dalam kelenjar sekresi dan
ginjal; sytomegalovirus dikelompokkan dalam genus sitomegalovirus. Dalam genus
roseolovirus, adalah herpesvirus manusia 6 dan 7; menurut kriteria biologis,
mereka lebig mirip herpesvirus gamma karena mereka menginfeksi limfosit (T limfotropik),
tetapi analisis molekuler dari genom mereka menyatakan bahwa merekala lebih
dekat hubungannya dengan herpesvirus beta. Herpesvirus gamma, contohnya herpesvirus
ebstein-barr (lymphocryptovirus), menginfeksi sel-sel limfoid dan menjadi laten
di dalamnya. Herpesvirus yang menyebabkan sarkoma Kaposi, yang di tujukan
sebagai herpesvirus manusia 8, dikelompokkan Rhadinovirus.
E.
Patogenesis
dan Manifestasi Klinis
1. Patogenesis
Infeksi
virus masuk bersama airbone droptlet ke traktus respiratorius (melalui mukosa
saluran pernafasan) yang selanjutnya akan berkembang di dalam system
retikoluendotelial (jaringan kelenjar regional).
Setelah
empat sampai enam hari infeksi, akan
terjadi viremia awal dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ,
seperti hati, limpa. Kurang
lebih 10 – 12 hari, terjadi viremia kedua dimana pada saat tersebut virus bisa
mencapai kulit. Ruam muncul sesudah 14 hari infeksi.
2. Manifestasi
Klinis
Setelah masa
inkubasi (14 – 21 hari) akan muncul panas, lemah, tidak mau makan, sakit kepala
dan kadang diikuti sakit perut yang ringan muncul 24 – 48 jam sebelum timbulnya
ruam, yang sering dijumpai pada anak. Peningkatan suhu tubuh biasanya sedang,
tetapi terkadang bisa tinggi. Gejala ini biasanya bertahan 2 – 4 hari sesudah
ruam muncul. Kekeruhan dan umbilikasi muncul setelah 24 – 48 jam.
Pada beberapa
anak, lesi bisa mengenai daerah oropharynx dan vagina, kelainan pada kelopak
mata dan konjungtiva, tetapi gangguan mata yang serius jarang dijumpai. Pada anak
yang berumur lebih tua dan orang dewasa, lesi kulit muncul 2 – 3 hari setelah
demam, malaise, sakit kepala, anorexia.
Lesi awal terutama pada badan kemudian menyebar ke muka dan extremitas,
dan juga dapat mengenai selaput lendir.
Lesi berupa
macula eritema dalam beberapa jam akan berubah jadi papula, vesicula, pustula
dan krusta setelah beberapa hari. Krusta yang pertama muncul diikuti penyebaran
dari kelainan kulit pada tangan dan kaki dengan berbagai stadium. Sementara
proses berlangsung muncul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran yang
polimorf.
F.
Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam,
pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian
timbulah kemerahan pada kulit yang berukuran
kecil (makula )yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung
lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Vesikel baru timbul dengan cepat selama 2-4 hari
berikutnya, sehingga semua tahap dari macula, papula, vesikel dan krusta dapat
terlihat pada saat yang sama. Kemerahan pada kulit ini
lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini
mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta)
yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan
pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan
segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan
infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah mengering bekas
cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika
penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
G.
Penularan
Transmisi
penyakit ini terjadi secara aerogen. Masa penularannya ± 7 hari. Varicella
dapat menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung
dapat terjadi melalui cairan pernapasan dan kontak langsung dengan kulit
penderita. Ruam pada kulit sangat menular apabila pecah. Kontak tidak langsung terjadi melalui
udara. Udara yang terkontaminasi virus varicella dapat menyebabkan orang lain
terserang cacar air. Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat terserang virus
ini.
H.
Pencegahan.
Cacar air dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.
Vaksinasi diberikan pada kelompok-kelompok berikut:
Ø Penderita
diberikan imunoglobulin zoster atau imunoglobulin varicella-zoster
Ø Anak-anak
dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu
dosis vaksin
Ø Anak-anak
dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami cacar air
diberikan satu dosis vaksin
Ø Orang
dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal di
lingkungan yang sangat mudah terjangkit cacar air
Ø Wanita
reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi
sedang hamil
Ø Orang
dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan
anak-anak
Ø Orang
yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami cacar air
I.
Pengobatan
dan Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan mengobati rasa gatal dan mencegah penggarukan,
sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan lotion kalamin, antihistamin,
atau lotion lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
Ø Kulit
dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
Ø Menjaga
kebersihan tangan
Ø Kuku
dipotong pendek
Ø Pakaian
tetap kering dan bersih
Pengobatan
penyakit ini pada prinsip sama yaitu dengan diberikan obat antivirus dosis
adekuat, vitamin, obat anti radang dan anti nyeri serta obat-obat topikal.
Beberapa antivirus yang efektif yang melawan varicella meliputi acyclovir,
vidirabine dan interferon leukosit. Acyclovir dapat mencegah pertumbuhan
penyakit sistemik pada anak dengan imunosuppressan yang terinfeksi varicella,
dan dapat menghentikan progresivitas zoster pada dewasa. Vidarabine
menguntungkan pada orang dewasa dengan pneumonia varicella berat, anak-anak
dengan imunokompromis yang terkena varicella, dan dewasa dengan zoster yang
meluas. Selain dari itu harus mendapat
asupan gizi yang baik terutama protein agar dapat memperbaiki sel-sel dan saraf
yang rusak.
Setelah sembuh, VZV tidak
benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu
dan nantinya akan teraktivasi kembali dalam bentuk herpes zoster (cacar ular
atau shingles). Herpes zoster ini umunya terjadi pada usia di atas 60 tahun dan
pada sebagian kasus hanya terjadi sekali.
J.
Diagnosis
Laboratorium
Dalam
olesan (smear) dari garukan ataupun
swab dasar vesikel yang diwarnai, terlihat giant
cell berinti banyak. Ini tidak ditemukan pada vesikel nonherpes. Antigen
virus intraseluler dapat dilihat dengan pengecatan imunofluoresen dari olesan
yang sama.
Prosedur
diagnostik yang cepat secara klinis berguna
untuk virus varicella zoster. Virus herpes dapat dibedakan dari virus cacar
(virus pox) melalui penampakan morfologis dalam cairan vesikuler yang diperiksa
di bawah mikroskop elektron. Antigen spesifik virus varicella zoster atau DNA
virus dapat terdeteksi dalam cairan vesikel, dalam ekstra krusta, atau dalam
material biopsi.
Virus
dapat diisolasi dari cairan vesikel menggunakan kultur sel manusia dalam 3-7 hari
walaupun efek sitopatik kadang –kadang berkembang lebih lambat. Virus varicella zoster dalam
cairan vesikel sangat labil dan kultur sel sebaiknya segera diinokulasikan.
Kenaikan
titer antibodi spesifik dapat terdeteksi dalam serum pasien melalui berbagai
tes, termasuk CF, Nt (dalam kultur sel), imunofluoresen indirek, dan enzim immunoassay. Pemilihan pengujian yang
dipakai tergantung pada tujuan tes dan fasilitas laboratorium yang tersedia.
Imunitas yang diperantarai sel penting, tetapi sulit diperlihatkan.
Daftar
Pustaka
Brooks
F. Geo,etc.2005.Mikrobiologi Kedokteran.Jilid 2. Jakarta Salemba Medika
Lubis
P. Chairuddin,Prof. Varisela pada anak.fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara bag. Ilmu Kesehatan Anak.